UST. RUDI MULIYAWARMAN
Alhamdulillah wassalaatu wassalaamu
`ala Rasulillah SAW `ammaaba'du. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Fusilat
(41) ayat 53: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
kekuasaan kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar." Dalam artikel ini semua
rujukan berasal dari Al-Qur'an, hanya satu Hadits Nabi.
Ruh
Ruh tidak sama dengan Ruhani. Ruh
adalah nama jisim, yaitu nama bendanya meskipun benda ghaib. Ruhani adalah
tindak-tanduk ruh yang kita dapat saksikan pada diri manusia. Manusia sedikit sekali
mengetahui tentang ruh. Ruh adalah rahasia Allah.[1] Orang yang sudah mati dan orang yang
tidur tidak sadarkan diri, karena ruhnya sedang digenggam Allah.[2]
Fungsi ruh untuk ruhani dan jasmani
manusia adalah sebagai pusat kesadaran. Kita dalam keadaan sadar karena Allah
mengizinkan ruh memfungsikan akal dan kalbu dan nafsu kita. Ilmu ruhani dikenal
dalam ilmu pengetahuan sebagai ilmu jiwa.
Ihwan dan ahwat tawakal yang
sehari-harinya selalu mengusahakan supaya hatinya lurus dan bersih, sangat
perlu untuk mengetahui jisim ruhani lain selain kalbu, di dalam Al-Qur'an
disebut juga adanya akal, nafsu, dll.
Kalbu
Kalbu atau hati sebagai pusat rasa
dalam ruhani kita, rupanya hati berhubungan langsung dengan ruh, begitu ruh ada
maka rasa pun ada. Hati merupakan keajaiban pada manusia. Allah mempercayakan
iman/hidayah tersimpan di dalam hati.[3] Hati merupakan terminal semua
informasi yang diterima manusia, informasi dari pancaindera (pendengaran dan
penglihatan), yaitu informasi dari dunia nyata dan dari nafsu (dunia dalam
kita) yang berasal dari alat-alat tubuh kita, misalnya lapar, haus, dll. Dan
informasi selanjutnya adalah dari alam ghaib melalui iman kita. Semua informasi
tersebut akhirnya terpusat menjadi dua hal pada kalbu kita. Pertama, yang
berasal dari kebaikan yang biasanya menyenangkan, dan kedua, yang berasal dari
keburukan yang biasanya menyusahkan. Kedua hal tersebut merupakan cobaan
hidup.[4]
Orang yang telah berhasil
membersihkan kalbu akan merasakan bahwa fungsi kalbu ini dapat meng-cover seluruh
fungsi kesadaran, sehingga hati dapat melihat, mendengar dan merasakan
(menghayati). Penghayatan zikir dalam hati adalah salah satu cara mengasah hati
supaya menjadi tajam.
Akal
Akal manusia merupakan pembeda
antara manusia dengan hewan. Allah menganjurkan agar manusia menggunakan
akal,[5] malah Allah akan murka kepada orang yang tidak menggunakan akalnya.[6]
Akal dalam jiwa kita seperti software dalam komputer, setelah otak
merupakan hardware-nya. Alat baru terbentuk setelah informasi dari dunia
luar masuk. Jadi setelah bayi lahir, akal ini berkembang dengan pesat. Akal
merupakan pusat olahan informasi dari dunai luar sebelum masuk ke dalam hati
dan diendapkan sebagai perasaan hati. Peran akal di dalam zikir adalah
men-tafakur-i apa yang kita ucapkan, mengerti apa yang kita ucapkan, bila dalam
shalat termasuk mengingat aturan shalat. Sifat akal adalah netral,
pertimbangannya berdasar kenyataan di dunia luar sesuai lingkungan di mana dia
berada.
Nafsu
Nafsu ini sangat erat hubungannya
dengan dunia dalam kita (internal spirit) dan sifatnya ingin pemenuhan
keinginannya segera, sifatnya emosional dalam melayani kebutuhan dalam kita,
misalnya: nafsu makan, minum, dll. Malah kecenderungannya adalah mendorong ke
arah kejahatan.[7] Hawa nafsu jangan diikuti malah hawa nafsu harus ditahan.[8]
Pengendalian hawa nafsu penting sekali dalam zikir, caranya adalah serahkanlah
gejolak hawa nafsu itu kepada Sang Pencipta.
Bagaimana
Hubungan antara Jisim-Jisim Itu?
Selama ini belum ada yang menyusun
jisim-jisim itu serta merta bagaimana hasil interaksi antara jisim-jisim
tersebut. Kita akan mencoba menyusun berdasarkan penghayatan dalam zikir.
Allah berfirman dalam surat Al-Mulk
(67) ayat 23: "Katakanlah, Dialah Yang Menciptakan kamu dan menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) amat sedikit kamu
bersyukur."
Pendengaran lebih dahulu disebut
daripada penglihatan, dan demikianlah kenyataan bahwa bayi sudah lebih dahulu
mendengar yaitu sejak dalam kandungan, sedang penglihatan baru berfungsi setelah
dilahirkan. Pendengaran dan penglihatan dalam hal ini sebagai wakil
pancaindera, dan bila kedua indera tersebut telah berfungsi baik maka
terbentuklah akal. Jadi dapat disimpulkan juga bahwa hati atau kalbu
diciptakan lebih dahulu daripada akal.
|
Melihat fungsi kalbu sebagai
tempat tersimpannya iman, untuk yang beriman maka keadaan kalbu harusnya
lebih halus daripada akal, setidak-tidaknya mestinya sederajat. Kedua jisim
inilah rupanya yang berhubungan langsung dengan jisim yang paling halus, yaitu
ruh. Nafsu terlihat dari fungsinya yang lebih dekat dengan jasmani, dan
barang tentu letaknya antara kalbu dan jasmani, sedangkan akal karena
fungsinya lebih dekat kepada otak maka dalam hubungannya nanti lebih dekat
kepada otak manusia. Bila kita pasang semua jisim dalam suatu bidang akan
tersusun seperti gambar di samping ini.
Ruh di posisi yang paling tinggi,
kemudian lapisan berikutnya akal dan kalbu, kemudian nafsu, sedang jasmani
terletak pada lapisan paling dasar. Pada jasmani dibedakan susunan saraf
pusat dan batang otak. Susunan saraf pusat sebagai saraf sadar, dan batang
otak sebagai saraf tidak sadar (saraf otonomi). Kedua susunan saraf itu
bekerja sebagai koordinasi dari sistem-sistem tubuh manusia.
|
Dari letak jisim-jisim ini terjalin
hubungan antara satu dengan yang lainnya dan biasanya akibat hubungan itu
justru yang mencuat keluar sebagai perilaku ruhani itu sendiri, itulah jiwa
manusia (Lihat Gambar 1).
Hubungan
nafsu dengan otak
Bila nafsu merupakan jisim yang
paling tinggi pada suatu makhluk, maka sifatnya atau manifestasi yang keluar
sebagai nafsu amarah, seperti terjadi pada binatang, pada manusia pun terdapat
nafsu ini, hanya tidak selalu timbul karena ada pengaruh jisim lain yang
mengahalanginya, misalnya akal dan kalbu, nafsu ini dinamakan nafsu amarah.
Kecenderungan nafsu kepada kejahatan
dapat ditahan atau dikendalikan oleh fungsi kalbu yang beriman menjadi nafsul-mutma'innah.[9]
Nafsu ini bisa saja pada suatu saat baik dan pada kali yang lain dapat menjadi
buruk, tergantung pengaruh sekelilingnya, dan dalam hal ini akal yang dapat
mempengaruhinya, nafsu ini disebut nafsu lawwamah.[10]
Hubungan
antara kalbu dan akal bagaimana?
Kalbu sebagai pusat rasa dan akal
sebagia pusat berpikir bergabung menjadi rasa cipta, dan inilah sebagai pusat
kesadaran ilmu, kalau kesadaran ini yang dipakai dalam hidup seseorang maka
tidak sama orang yang berilmu dan orang yang tak berilmu.[11] Dan orang-orang
yang beriman dan berilmu pengetahuan ditinggikan beberapa derajat di sisi
Allah.[12]
Iman yang dihubungkan dengan fungsi
hati merupakan alat kesadaran yang paling tinggi, yaitu kesadaran Ilahiah. Bila
seseorang menghubungkan diri dengan Allah, dengan mengingat-Nya, maka kita
menghubungkan diri dengan Zat Yang Maha Sadar, maka kesadaran kita adalah
kesadaran universal. Kesadaran inilah yang dilakukan oleh para Anbiya wal
mursalin selama hidupnya.
Ada bentuk kesadaran lain yang lebih
kasar dari kesadaran nafsu amarah, yaitu kesadaran emosional. Kesadaran
emosional tidak berhubungan dengan otak tetapi berhubungan dengan pusat otonom.
Dalam pelaksanaannya manusia berbuat dan tidak sempat berfikir. Dalam ilmu
pengetahuan dikatakan bahwa antara emosi dengan fisiologi seperti telapak
tangan dan punggungnya dan diasumsikan emosi ini akibat hubungan/interaksi
antara nafsu dengan batang otak. Pengaruh emosi ini berhubungan dengan sebagian
atau salah satu sistem, misalnya bila emosi jantung jadi berdebar, dll.[13]
Kesadaran yang paling kasar adalah
kesadaran pancaindera, dilukiskan dalam Gambar 1, adalah hubungan nafsu dengan
sistem yang pertaliannya adalah bentuk elektromagnetik yang disebut Aura.
Susunan
Kesadaran Sesuai Kehalusannya
- Kesadaran elektromagnetik (aura)
- Kesadaran emosi
- Kesadaran nafsu amarah
- Kesadaran nafsu lawwamah
- Kesadaran nafsu mutma'innah
- Kesadaran ilmu
- Kesadaran Illahiyah/kesadaran iman
Kesadaran
elektromagnetik
Kesadaran elektromagnetik adalah
informasi dari lingkungan di mana manusia berada yang sampainya kepada otak
berupa gelombang elekgromagnetik. Jadi informasi tersebut berasal dari
pancaindera. Kita mengenal dunia nyata ini suatu perjanjian saja,
misalnya daun berwarna hijau, maksudnya warna daun di bawah sinar matahari,
sebab warna daun itu akan berubah bila disinari lampu berwarna merah, misalnya.
Jadi warna daun itu kita namakan sesuai dengan warna sinar matahari yang
dipantulkan daun tersebut, sedangkan warna daun sesungguhnya belum kita
ketahui.
Dalam ilmu pengetahuan dikatakan bahwa
bila proton dalam sebuah atom diumpamakan sebesar buah apel, maka besarnya
elektron adalah sebesar titik dan elektron tersebut mengelilingi protonnya
dengan jarak satu kilometer dari proton, dan proton itu tidak pernah terjamah
dalam hidup kita sehari-hari. Benda itu sebagian besar dibentuk (hampir
seluruhnya) oleh proton, padahal kita tidak pernah menjamah proton. Jadi apa
yang terjadi bila kita memegang benda? Kenyataan bahwa bila kita memegang
benda, otak kita menerima gelombang elektromagnetik yang disampaikan melalui
saraf. Lalu apa yang terjadi bila ujung kita menyentuh benda? Apakah ujung jari
kita menyentuh proton dari benda? Jawabnya sungguh menakjubkan, yaitu kita
tidak pernah menyentuh proton. Oleh karenanya, kita tidak pernah menyentuh
benda sesungguhnya, yang kita sentuh adalah informasinya, yaitu sentuhan
elektron dengan elektron.
Jadi kalau begitu yang nyata itu
hakikatnya adalah maya alias gaib. Jadi bila yang disebut nyata ini
samar-samar, maka semuanya gaib. Jadi apa alasan kita untuk tidak percaya
kepada yang ghaib dan kepada Yang Maha Gaib? Maha Benar Allah dalam firman-Nya
bahwa kehidupan dunia ini adalah main-main dan senda gurau belaka.[14]
Bila kita melihat sesuatu, yang
tampak jelas di situ adalah tanda-tanda kebesaran Allah, ke mana saja wajahmu
engkau arahkan, di situ tampak wajah Allah.[15]
Bagi kita benda itu sama sekali
bukan hasil atau keuntungan, tetapi benda adalah modal atau bahan untuk diolah
menjadi amal karena benda itu pasti musnah, dan yang tidak musnah adalah amal
manusia karena Allah akan mencatat amal manusia dengan tidak dikurangi sedikit
pun dan manusia akan menemukan amalnya nanti di akhirat. Jadi amal itu tidak
musnah dan akan abadi selama kita hidup di alam abadi.
Kesadaran
emosi
Informasi emosi berasal dari benda
ghaib, tidak seperti informasi elektromagnetik yang berasal dari benda. Bentuk
informasi ini berupa cahaya yang berasal dari nafsu dan informasi sebalikya
berasal dari sistem saraf otonomi atau hormon. Kesadaran emosi berupa refleks
dan tidak melalui otak atau pemikiran. Reaksi emosi berupa refleks dan tidak
melalui otak atau pemikiran. Reaksi emosi hanya mengenai satu sistem atau lebih
tapi tidak pernah mengenai semua sistem. Oleh karenanya, reaksinya pincang,
misalnya bila emosi datang, jantung berdetak lebih cepat tapi tidak disertai
pernafasan yang lebih cepat, jadi reaksinya pincang dan ini sangat berbahaya
karena sistem lain tidak siap untuk mengimbangi reaksi sistem tersebut. Berbeda
bila kita berolah raga misalnya, dalam olah raga semua sistem yang terkait
bereaksi secara harmonis karena dikoordinir oleh otak. Bila terjadi emosi
melanda anda, apa yang harus anda lakukan? Fikirkan segala sesuatu sebelum
berbuat, artinya otak dan akal kita pergunakan sehingga reaksinya harmonis,
atau arahkan emosi ini kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Kesadaran
nafsu amarah
Bila nafsu mempunyai kekuasaan
tertinggi dalam diri manusia, manusia tersebut persis seperti binatang. Semua
aktivitas ditujukan untk pemenuhan keperluan dalamnya (permintaan sistem),
pancaindera sebagai pembantu pelaksanaannya. Kalau pada binatang insting masih
kuat pengaruhnya sehingga dapat mempertahankan kefitrahannya.
Bila terjadi pada manusia dan akal
manusia dapat dikalahkan nafsu, maka insting pada manusia sudah hilang, dan
berubahlah fungsi akal yang bersiat netral menjadi memihak pada nafsu, sehingga
keadaan manusia tersebut lebih jelek daripada binatang, bahkan malah tersungkur
menjadi asfala saafiliin.[16]
Bentuk informasi dalam tingkatan ini
adalah berupa energi murni, kekuatannya dahsyat tidak terkendali, pengaruh
terhadap jasmani: tekanan darah naik, sakit kepala, gelisah, susah tidur dan
selalu berkecimpung dalam lautan stress. Dalam kesadaran stress keseimbangan
jiwanya terganggu., bisa timbul gejala kejiwaan bila jiwanya lemah, berbagai
penyakit jasmani bisa timbul karena stress dapat mengganggu pembentukan daya
tahan tubuh. Bila kekuasan fisik dan jiwa setengah-setengah, sedangkan stress
cukup kuat, maka akan timbul penyakit psikosomatik.
Bagaimana bila anda dalam keadaan
marah? Rasulullah SAW bersabda bahwa bila anda marah dalam keadaan berdiri maka
duduklah, bila anda marah dalam keadaan duduk maka tidurlah, bila dengan tidur
tidak hilang juga, ambillah air wudhu dan shalatlah dua raka'at, dan bila marah
masih belum hilang juga, maka berdoalah kepada Allah supaya hati anda diganti dengan
yang lebih baik. Bila kita masih sempat berpikir dalam keadaan marah, maka
sesungguhnya akal kita dapat mempengaruhi amarah kita, yaitu dengan memikirkan
akibatnya yang lebih buruk. Bila akal sehatnya masih berfungsi maka nafsu
amarah itu berubah menjadi nafsu lawwamah.
Kesadaran
nafsu lawwamah
Nafsu lawwamah adalah nafsu yang
netral dan bisa menetralkan. Semua stress dapat dirasionalisasikan selagi
persoalannya dapat dicerna dengan aksi. Memikirkan akibat amarah yang lebih
parah adalah yang membantu mencairkan amarah, dan pencairan ini sangat
tergantung dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. Hal-hal yang menimbulkan
amarah biasanya berasal dari perbuatan kita sendiri.[17] Bila kita masih
mengingat dan menyadari bahwa cikal bakal amarah ini berasal dari perbuatan
kita maka biasanya bagaimana besarnya persoalan amarah tersebut masih bisa
tercairkan, tetapi kadang-kadang Allah menguji kita dan sebab kemarahan tidak
kita temukan sehingga kita tidak dapat menerima, akhirnya, biasanya nafsu
bercokol kembali dan berubahlah menjadi nafsu amarah. Dalam situasi seperti ini
petunjuk Allah-lah bagiannya, sebab semua musibah dan ujian hanya bisa diatasi
dengan sabar.[18] Bila jalan ini yang ditempuh maka sifat nafsu berubah menjadi
nafsul-mutma'innah.
Kesadaran
nafsul-mutma'innah
Nafsu mutma'innah adalah nafsu yang
dipengaruhi fungsi kalbu yang beriman. Nafsu mutma'innah atau nafsu sakinah
adalah nafsu yang tenang, nafsu yang suci, dan bila mati dengan membawa nafsu
yang tenang ini akan dipanggil Allah nanti di akhirat pada waktu akan memasuki
syurga.[9]
Ihwan dan ahwat tawakal sadarlah
bahwa tinggal satu-satunya target yang kita bisa capai dalam abad modern ini,
yaitu membawa lebih banyak amal sholeh (menajdi orang salih), sedangkan
pintu-pintu syurga yang lain telah tertutup dan bila masih terbuka pun hanya
pengkhususan dari Allah semata.
Nafsul-mutma'innah suatu perasaan
yang sepi dari stress dan ini dapat dicapai dengan penyerahan diri total kepada
Allah dan penyerahan diri ini harus menjadi dasar dari segala kegiatan hidup
sehari-hari. Latihan penyerahan diri adalah usaha mendekatkan diri kepada
Allah, dan cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan zikrullah.
Kesadaran
ilmu
Orang yang mempunyai kesadaran ilmu
adalah orang yang segala tindak-tanduk perbuatannya berdasarkan ilmu, terutama
ilmu agama. Dia mengetahui apa yang diperintahkan dan tahu apa yang dilarang
oleh Allah. Dia tidak akan berbuat sesuatu bila tidak tahu hukumnya dalam
agama. Kalau terpaksa melakukan yang mubah setidak-tidaknya sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang sifatnya netral (sesuai dengan fitrah makhluk Allah). Dalam
Al-Qur'an orang-orang yang demikian disebut golongan shiddiqiin dan orang-orang
mujahidiin.
Kesadaran
Illahiah
Kesadaran Ilahiah atau kesadaran
iman merupakan kesadaran yang paling tinggi, dan ini hanya terjadi pada
orang-orang yang dikhususkan Allah, orang-orang yang Allah pelihara dari
kecacatan, sebab mereka harus menjadi contoh suri tauladan yang baik yaitu
dikhususkan bagi para anbiya wal-mursaliin. Pintu syuga yang ini telah
betul-betul ditutup oleh Allah. Bagi para Nabi dan Rasul Allah, semua kata dan
perbuatan mereka harus berdasarkan perintah Allah, mereka tidak berkata atau
berbuat sesuatu bila tidak disuruh Allah, atau mereka selalu minta izin Allah
dahulu sebelum berbuat dan Allah selalu memberikan jawabannya melalui wahyu.
Penutup
Sebagai penutup uraian ini saya
minta ampun kepada Allah atas perbuatan saya ini dan mohon maaf kepada seluruh
kaum muslimin wabil-khusus pada para ihwan dan ahwat tawakal, bila ada
kekeliruan dalam mengemukakan materi ruhani manusia ini, terutama bila ada
salah menempatkan firman-firman Allah dari Al-Qur'an, karena referensi utama
adalah dari Al-Qur'an.
Seperti dikatakan pada pembukaan,
bahwa saya mampu untuk mencari rujukan selain Al-Qur'an, hadits pun saya sangat
minim, perlu sekali saya tekankan sekali lagi bahwa uraian ini sebahagian besar
merupakan penghayatan dan mentafakuri firman Allah dalam Al-Qur'anul-Karim,
sedang kelemahan saya adalah tidak menguasai, malahan tidak tahu bahasa Arab.
Saya mentafakuri hanya dari terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia. Untuk
hal tersebut saya menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepada para
penterjemah Al-Qur'an ke dalam bahasa Indonesia dan saya hanya dapat berdoa
semoga mereka yang telah berjasa menterjemahkan Al-Qur'an dalam bahasa
Indonesia mendapat balasan dari Allah dengan balasan yang berlimpah. Amiin ya
Robbal `Alamiin.
No comments:
Post a Comment