Friday, 19 May 2017


SUDAH TIBA MASA UNTUK MENDEDAHKAN KEKELIRUAN RAKYAT MALAYSIA BERKENAAN MENTAATI PEMIMPIN YANG SEBENAR.

CIRI PEMIMPIN DINEGARA KITA INI DAN KEGAGALAN ULAMA DAN ILMUAN ISLAM MEMBERI PEDOMAN DAN PENGAJARAN MEMILIH PEMIMPIN MENGIKUT APA YANG DITUNTUT DALAM ISLAM.
Pertama, Pemimpin Itu Tidak Menjalankan Amanah
Para pemimpin itu terlena dengan Jawatan dan kuasa yang mereka perolehi. Mereka tidak menunaikan amanah itu kerana mereka lupa akan hakikat kepentingan yang sesungguhnya, atau kerana terpengaruh dengan kemewahan duniawi sampai melengahkan tugas-tugas kepemimpinannya. Akibat lalai dan terpengaruh duniawi, amanah kepemimpinan tak dilaksanakan dan kepemimpinan hanya dijadikan alat untuk mencari keuntungan dan kekayaan duniawi peribadi, keluarga dan kelompoknya.
Tak hairan pemimpin seperti ini selalunya Korup. Sikap dan perilaku pemimpin seperti ini yang banyak melahirkan melahirkan berbagai penyimpangan dan kemaksiatan.
Salah satu bentuk penyimpangan itu tak lain adalah korupsi dan kezaliman. Dari penyimpangan itu timbul kerusakan dan kekalutan hidup didalam masyarakat akibat mengabaikan amanah. Allah Swt berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menjalankan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan suatu hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”…(Qs. An-Nisa : 58).
Rasulullah SAW pun mengingatkan para pemimpin, “Siapa saja yang dianugerahkan allah sebagai pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan umatnya (malah sebaliknya menipu dan menzalimi umatnya ), allah akan mengharamkan surga untuknya.” (HR. Bukhari).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Asyaddunnaasi ‘azaban yaumul qiyamati imamun jair”. (Orang yang paling sakit siksaan di hari kiamat adalah pemimpin yang zalim (curang).” (HR. Thabrani dari Abdullah bin Mas’ud).
Oleh kerana itu wahai para pemimpin…Ingatlah, menjadi pemimpin itu adalah amanah, dan amanah itu adalah titipan Allah berupa perintah untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk menjalankan keadilan, baik keadilan hukum, pendidikan, ekonomi maupun keadilan dalam bidang lain.
Kesejahteraan rakyat, kebenaran dan keadilan juga merupakan tuntutan rakyat yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada para pemimpinnya, karena itu melaksanakan amanah Allah berarti juga melaksanakan kehendak rakyat.
Kedua, Pemimpin yang Mengabaikan Kejujuran
Pemimpin yang tidak jujur menganggap nilai kebendaan lebih tinggi daripada nilai kejujuran, sehingga bila mereka berhadapan dengan godaan kebendaan atau keuntungan duniawi, kejujuran tidak ada harganya sama sekali. Maka timbullah Pendustaan dan kemunafikan serta kezaliman terhadap rakyat.
Pemimpin yang tidak jujur itu pandai; pandai menipu rakyat, mereka licin selicin belut, mereka licik selicik kancil, mereka pandai merangkai kata, seperti pujangga yang menari di atas kata-kata indah hingga rakyat terlena terutama ketika disertakan dengan janji-janji indah yang selalu indah untuk kepentingan rakyat, tapi sesungguhnya mereka adalah para pembohong (khazzab).
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sesudahku nanti akan ada pemimpin-pemimpin yang berdusta dan berbuat zalim, siapa yang membenarkan kedustaannya dan membantu kezalimannya, maka ia tidak termasuk golongan dari umatku dan aku juga tidak termasuk darinya dan ia tidak akan datang ketelaga (yang ada di surga).” (HR. Nasa’i dari Ka’ab).
Dalam hadis di atas, diisyaratkan akan lahir pemimpin-pemimpin yang suka berdusta pada diri sendiri dan kepada umatnya. Dalam kepemimpinannya pemimpin seperti itu selalu menampakkan yang baik dan indah, tetapi disebalik itu ada maksud-maksud tertentu yang dapat merugikan rakyatnya, juga suka berbuat zalim dan aniaya.
Kerana itu perlu disedari, kejujuran itu sesungguhnya amat tinggi harganya dihadapan Allah. Kejujuran juga amat besar nilainya dimata rakyat. Kejujuran merupakan pengukur kepercayaan rakyat, merupakan cermin keluhuran dan kemuliaan di dunia dan di akhirat. Dalam hal kejujuran Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertawakkallah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (Qs. At-Taubah: 119).
Ketiga, Pemimpin yang Berakhlak Mazmumah (Buruk)
Bila suatu umat dipimpin oleh pemimpin yang berakhlak buruk tidak bermoral dan keperibadiannya yang jauh dari nilai-nilai Islam dan akhlak yang mulia, boleh dikenalpasti dengan umat itu akan mengalami penderitaan dan kesengsaraan berpanjangan. Pemimpin seperti ini akan bertindak sewenang-wenang sehingga umatnya tidak mendapatkan keadilan dan hak-haknya. Sebaliknya, rakyat merasakan kesengsaraan, ketakutan, keresahan dan kekeliruan jiwa berpanjangan. Ini membuat umat hidup dalam penderitaan dan kekecewaan.
Bagi umat Islam, mereka tidak akan mendapatkan kebaikan bila dipimpin oleh orang-orang bukan Islam. Sebab suatu mustahil bila orang-orang diluar Islam berbuat dengan ikhlas untuk pembelaan bagi umat Islam. Bahkan sebaliknya mereka sentiasa berusaha untuk menghancurkan umat Islam. Umat Islam juga akan hancur bila dipimpin oleh orang-orang munafik yang tidak jelas penguasaan ilmu syariatnya.
Pemimpin seperti ini harus diawasi oleh umat Islam dan harus dihindari. Dalam hal ini Allah SWT berfirman, “Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.”(Qs. Al-Baqarah: 204).
Keempat, Pemimpin yang Tidak Punya Kelayakan
Pemimpin tidak layak adalah pemimpin yang kurang cakap, bodoh, dan tidak memiliki kesanggupan dalam memimpin serta tidak memiliki visi dan misi kedepan. Dalam Islam disebut sebagai orang yang tidak fathanah. Tugas kepimpinan didalam masyarakat sungguh berat, apalagi jika kepimpinan itu bertaraf nasional, tentu akan lebih berat lagi, sebab permasalahan yang dihadapi lebih banyak dan kompleks.
Kerana itu kepimpinan sangat menuntut seorang pemimpin yang fathanah (cerdik), yakni petah bercakap, pandai, cerdas, punya kesanggupan dan memiliki visi jauh kedepan. Pemimpin yang fathanah itulah yang akan mampu memimpin dan membangun masyarakatnya. Allah SWT berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (Qs. An-Nahl: 125).
Menurut satu riwayat, Rasulullah SAW tidak rela jika umatnya dipimpin oleh orang-orang yang berakhlak jijik, tidak beriman serta berlaku zalim. Tapi yang amat jelas ialah umah itu sendiri yang tidak memperhatikan diri dan nasibnya sendiri. Hal ini terlihat dari cara memilih pemimpin, mereka tidak mengikuti petunjuk Allah dan Rasul. Tidak bijak memilih pemimpin!
Kerana itu, disinilah tugas dan tanggung jawab para Ulama, Cendikiawan islam dan mereka yang arif dan Alim memberi pengajaran dan pedoman kepada umat ini bagaimana seharusnya memilih pemimpin menurut tuntunan Al-Qur’an dan Hadis demi kebahagiaan dunia dan akhirat juga keselamatan bagi pemimpinnya.

Berdasarkan terlalu banyak bukti-bukti jelas dan tindakan yang tidak dapat diterima oleh akal yang waras, maka jelas pemerintah sekarang adalah tergolong didalam Pemimpin Pendusta dan Zalim yang amat melampaui batas. Malah perbuatan seperti ini amat memalukan Agama Islam, Negara dan Bangsa sehinggakan seluruh dunia mentertawakan dan mencemuh.

Selain itu terdapat kelemahan dipihak Alim Ulama dan Ilmuan Islam dalam menangani masaalah ini yang perlu ditegur dan diperbaiki. Jika tidak rakyat Malaysia akan menghadapi satu keadaan yang amat menggerikan jika tidak dibawa kearah apa yang disyariatkan oleh agama dalam perkara memilih pemimpin.

Oleh itu Abc akan terus menulis dan membentangkan pandangan dan pendapat bagi mengatasi masaalah ini.

Semuga Allah memberi pertunjuk dan kekuatan dan jalan kebenaran.

Wallahuaklam.

Hamba Allah.

ABC


No comments:

Post a Comment