Tuesday, 28 April 2015

PEMAHAMAN ALAM GHAIB.

PENERANGAN ALAM GHAIB

Sejauh mereka menjalani kehidupan dengan apa yang mereka fahami dan ketahui dari Al Qur'an dan Hadits tidaklah masalah.  Namun masalahnya apa yang mereka tidak fahami dan ketahui dikatakan sebagai sesat, bid'ah, tahayul, khurafat, syirik.
Mereka hasil pengajaran para ulama korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan kaum Zionis Yahudi.  Mereka terhasut sehingga menyibukkan diri mereka dengan apa yang telah dikerjakan oleh Imam Mazhab yang empat padahal mereka tidak memenuhi kompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak.  Keimanan mereka berdasarkan apa yang tampak atau secara zahir.  Apa yang tidak tampak oleh mereka maka dianggap mistik, sesat, bid'ah, syirik, tahyul, khurafat.  Keimanan mereka hanya berdasarkan apa yang tertulis atau berdasarkan makna dzahir yang kami katakan metodologi "terjemahkan saja" dengan hanya memandang dari sudut bahasa (lughat) dan istilah (terminologi).
Cuba perhatikan    mengi'tiqodkan berdasarkan makna dzahir bahwa "  Allah ta'ala mempunyai kedua tangan dan kedua tangan Allah ta'ala adalah kanan  "
Sedangkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim seperti
عبد الله بن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يطوي الله عز وجل السماوات يوم القيامة ثم يأخذهن بيده اليمنى ثم يقول أنا الملك أين الجبارون أين المتكبرون ثم يطوي الأرضين بشماله ثم يقول أنا الملك أين الجبارون أين المتكبرون
Abdullah bin 'Umar  dia berkata;  "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:' Pada hari kiamat kelak, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan melipat langit.  Setelah itu, Allah akan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya sambil berkata: 'Akulah Sang Maha Raja.  Di manakah sekarang orang-orang yang selalu berbuat sewenang-wenangnya?  Dan di manakah orang-orang yang selalu sombong dan angkuh?  'Setelah itu, Allah akan melipat bumi dengan tangan kiri-Nya sambil berkata:' Akulah Sang Maha Raja.  Di manakah sekarang orang-orang yang sering berbuat sewenang-wenangnya?  Di manakah orang-orang yang sombong?  "(HR Muslim 4995).
Segala sesuatu mereka hadapi secara zahir.  Mereka terkongkong oleh paradigma bahwa manusia sama sekali tidak mengetahui perkara ghaib.
Bahkan pada  http://diataskebenaran.blogspot.com/2010/01/hukum-orang-yang-mengaku-mengetahui.html  mereka menyatakan, "  Hukumnya orang yang mengaku tahu perkara ghaib bahwa ia kafir, karena ia adalah orang yang mendustakan Allah - Azza wa Jalla  - ".  Allah -Ta'ala- berfirman, "  Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan  ".  ( QS.An -Naml  : 65)
Firman Allah ta'ala dalam (QS an-Naml: 65), Allah ta'ala menegaskan hal yang ghaib hanya diketahui oleh Allah ta'ala seperti pengetahuan kapan manusia dibangkitkan.  Namun Allah ta'ala tidak mengatakan apa yang diketahui oleh Allah ta ' ala seluruhnya tidak disampaikan kepada manusia karena Allah ta'ala berfirman pada ayat yang lain yang artinya,
"T  uhan Maha Mengetahui yang ghaib.  Maka Dia tidak akan membukakan kegaibannya itu kepada seorang pun, kecuali kepada Rasul yang di kehendaki  ". (QS. Al Jin [72]: 26-27)
"  Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.  Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit  ".  (QS Al Isra [17]: 85).
"  Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahawa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat.  Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.  Katakanlah: "Adakah sama orang yang buta dengan yang melihat? "Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)  ? "(QS Al An'aam [6]: 50)
Dari ketiga firmanNya tersebut dapat diketahui bahwa Allah ta'ala memberikan pengetahuan tentang ghaib walaupun sedikit atau sebatas apa yang diwahyukan kepada Rasul yang dikehendakiNya, tentulah Rasul yang dikehendakiNya adalah Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Mereka ada pula yang menyampaikan bahwa Rasulullah tidak mengetahui perkara ghaib berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, "Katakanlah:"  Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah.  Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.  Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman  "(QS Al A'raaf [7]: 188)"
Firman Allah ta'ala dalam (QS Al A'raaf [7]: 188) berkaitan dengan ayat sebelumnya yakni (QS Al A'raaf [7]: 187) Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mengetahui yang ghaib khusus dalam hal tentang hari kiamat .
Pada hakikatnya mereka menyempitkan atau mendangkalkan ajaran Islam.  Bagi mereka pengetahuan tentang ghaib terbatas pada pengetahuan tentang kapan dibangkitkan atau tentang kapan hari kiamat atau apa yang akan terjadi esok hari.
Kalau tujuan mereka agar umat muslim tidak mendatangi perdukunan (  kahanah ) dan peramalan (  'irafah  ) yang menyampaikan kejadian esok hari maka tidaklah masalah.
Firman Allah ta'ala yang artinya
"  Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;  tidak adan yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpuun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) ".  (QS. Al-An'am [6]: 59)
"Kunci perkara ghaib itu ada lima, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya melainkan Allah Ta'ala: 'Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok selain Allah Ta'ala, dan tidak ada seorang pun mengetahui apa yang ada di dalam kandungan selain Allah Ta 'ala, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat selain Allah Ta'ala, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati selain Allah Ta'ala, dan tidak seorangpun yang mengetahui kapan hujan akan turun selain Allah Ta 'ala "  .  (Hadis Riwayat Imam Bukhari dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar)
"  Orang yang mendatangi dukun atau tukang ramal, kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka orang tersebut telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu alaihi wasallam  ".  (Hadis Riwayat Imam Ahmad dan al-Hakim dari Abu Hurairah)
Namun perkara ghaib tidak sebatas pada tentang kapan dibangkitkan atau tentang kapan hari kiamat atau apa yang akan terjadi esok hari.
Kata ghoib, menurut beberapa kamus arab berasal dari kata ghoba (tidak kelihatan, tidak hadir) kebalikan dari kata hadhoro atau dhoharo (hadir atau nampak).  Ghaib adalah sesuatu yang tidak kelihatan dengan pancaindera seperti mata kita atau sesuatu yang tidak kelihatan secara kasat mata.
Bagaimana boleh memahami dengan hanya apa yang tampak sedangkan manusia hidup di dua alam sekaligus, badan (jasad) kita hidup di alam fizikal, terikat dalam ruang dan waktu.  Para ulama menyebut alam fizikal ini sebagai alam nasut, alam yang boleh kita lihat dan kita raba , Kita boleh menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya.  Sementara itu, ruh kita hidup di alam ghaib (metafizik), tidak terikat dalam ruang dan waktu.  Para ulama menyebut alam ini alam malakut.  Bukan hanya manusia, segala sesuatu mempunyai malakutnya.
Firman Allah ta'ala yang artinya,
"  Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya malakut segala sesuatu.  Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan  . '  (QS. Yaasiin [36]: 83);
"  Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim, malakut langit dan bumi.  "(QS. Al-An'am [6]: 75)
Ruh kita, karena berada di alam malakut, tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita. Ruh adalah bagian batiniah dari diri kita.  Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin. Ada sebahagian di antara manusia yang dapat melihat ruh dirinya atau orang lain.  Mereka dapat menengok ke alam malakut.  Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinya dengan riyadhah kerohanian atau karena anugrah Allah ta'ala (al-mawahib al-rabbaniyyah).
Para Nabi, para wali Allah (shiddiqin), dan orang-orang soleh seringkali mendapat kesempatan melihat ke alam malakut itu.  Kesempatan ini yang disebut dengan kasyaf, terbukanya hijab atau tabir pemisah antara hamba dan Tuhan.  Allah Azza wa Jalla membukakan tabir bagi kekasih- nya untuk melihat, mendengar, merasakan, dan mengetahui hal-hal ghaib atau boleh memasuki alam malakut.
Seperti tubuh, ruh mempunyai rupa yang bermacam-macam: buruk atau indah; juga mempunyai bau yang berbeza: busuk atau harum.  Rupa ruh jauh lebih berbeza-beza dari rupa tubuh.  Berkenaan dengan wajah lahiriah, kita boleh saja menyebut wajahnya mirip binatang, tapi pasti ia bukan binatang.  Ruh dapat betul-betul berupa binatang -babi atau kera.
Firman Allah ta'ala yang artinya, "  Katakanlah: apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah Thagut ?  Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus  ".  (QS Al-Maidah [5]: 60)
Al-Ghazali menulis: 'Al-Khuluq dan Al-Khalq kedua-duanya digunakan.  Misalnya si Fulan mempunyai khuluq dan khalq yang indah -yakni indah lahir dan batin. Yang dimaksud dengan khalq adalah bentuk lahir, yang dimaksud dengan khuluq adalah bentuk batin.  Karena manusia terdiri dari tubuh yang dapat dilihat dengan mata lahir dan ruh yang dapat dilihat dengan mata batin. Kedua-duanya mempunyai rupa dan bentuk baik jelek maupun indah.  Ruh yang dapat dilihat dengan mata batin memiliki kemampuan yang lebih besar dari tubuh yang dapat dilihat dengan mata lahir .  Kerana itulah Allah memuliakan ruh dengan menisbahkan kepada diri-Nya.
Firman Allah ta'ala yang artinya
'  Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku menjadikan manusia dan 'tanah.  Maka apabila telah kusempurna kan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya ruhku;  maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya  . '  (QS. Shaad [38]: 71-72).
Allah menunjukkan bahawa jasad berasal dari tanah dan ruh dari Tuhan semesta alam.  (Ihya Ulum Al-Din, 3:58).
Khuluq -dalam bahasa Arab- bererti akhlak.  Ruh kita menjadi indah dengan akhlak yang baik dan menjadi buruk dengan akhlak yang buruk.  Dalam teori akhlak dari Al-Ghazali, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, akan memiliki roh yang berbentuk babi;  orang yang pendengki dan pendendam akan mempunyai ruh yang berbentuk binatang buas;  orang yang selalu mencari dalih buat membenarkan kemaksiatannya akan mempunyai ruh yang berbentuk setan (monster) dan seterusnya.
Jadi ruh dibentuk dari amal kebaikan (amal soleh).  Bentuk ruh manusia yang sempurna atau muslim yang berakhlakul karimah adalah serupa dengan bentuk jasadnya yang terbaik, mereka yang sudah dapat mengalahkan nafsu hewani atau nafsu syaitan.  Imam Malik ra berkata: "Ruh manusia yang sholeh itu sama saja bentuknya dengan jasad lahirnya. "
Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjid A-Haram.  la terpesona mnenyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kaabah, mendengar gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka.  Ia membayangkan betapa beruntungnya orang-orang itu.  Mereka tentu akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan.
Imam Ja'far Al-Shadiq ra, ulama besar dari keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, menyuruh Abu Bashir menutup matanya.  Imam Ja'far mengusap wajahnya.  Ketika ia membuka lagi matanya, ia terkejut.  Di sekitar Kaabah ia melihat banyak sekali binatang dalam pelbagai jenisnya- mendengus, melolong, mengaum.  Imam Ja'far berkata, "  Betapa banyaknya lolongan atau teriakan; betapa sedikitnya yang haji  . "
Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali yang pertama adalah bentuk tubuh-tubuh manusia.  Apa yang dilihat kedua kalinya adalah bentuk-bentuk ruh mereka.
Para wali Allah dan ulama yang soleh dari kalangan habib atau sayyid, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ada di antara mereka dapat melihat ruh manusia.  Kadang orang awam melihat seseorang begitu alim namun mereka dapat melihat keadaan orang tersebut sebenarnya dari bentuk ruhnya.
Oleh karenanya untuk memperindah bentuk ruh kita, kita harus melatihkan akhlak yang baik.  Meningkatkan kualiti spiritual, bermakna mernperindah akhlak kita.  Kita dapat simpulkan dari doa ketika bercermin.  "Allahumma kama Ahsanta khalqi fa hassin khuluqi. '  (Ya Allah, sebagaimana Engkau indahkan tubuhku , indahkan juga akhlakku)
Setelah manusia wafat ditetapkanlah apa yang telah dicapainya selama perjalanannya di dunia menjadi ruh manusia beriman atau ruh manusia durhaka
Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad dari Al-Bara 'ibn' Azib
Kabar tentang ruh manusia beriman
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "Allah berfirman:"  Tulislah kitab hamba-Ku ini di dalam 'Illiyyin lalu kembalikanlah dia ke bumi karena Kami telah menciptakan mereka dari bumi (tanah).  Kepadanya Aku kembalikan mereka dan dari dalamnya Aku mengeluarkannya sekali  lagi.  "
Ruhnya kemudian dikembalikan ke bumi, lalu datanglah dua orang malaikat yang kemudian mendudukkannya, Mereka lantas bertanya kepadanya, " Siapakah Tuhan Anda  ? "Ia menjawab,"  Tuhanku adalah Allah  . "  
Kedua malaikat itu bertanya lagi, "  Apakah agama Anda  ? "Ia menjawab, " Agamaku adalah Islam  . "  
Kedua malaikat itu bertanya lagi, "  Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada Anda  ? "  
Jawabnya, "  Beliau adalah (Muhammad) Rasulullah  . "Malaikat itu bertanya,"  Dari mana Anda tahu  ? "Ia menjawab,"  Aku telah membaca Kitab Allah.  Aku mengimani dan membenarkannya  . "
Lalu terdengarlah sebuah panggilan dari langit, "  Jika memang hamba-Ku ini benar, maka hamparkanlah untuknya (permaidani) dari syurga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu yang menuju syurga  . "Kemudian ruh orang yang beriman dikembalikan ke jasadnya beserta bau wamgi-wangiannya, lalu diluaskan kuburnya sejauh mata memandang.
Selanjutnya datanglah seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum.  Ia berkata, "  Berbahagialah dengan segala yang membahagiakan anda.  Ini adalah hari kebahagiaan Anda yang telah Allah janjikan  . "Orang beriman tersebut bertanya,"  Siapakah engkau?  Wajahmu tampan  sekali.  " Ia menjawab, " Aku adalah amal soleh  anda.  "
Kabar tentang ruh manusia durhaka
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Allah berfirman "Tulislah buku catatan amalnya di Sijjin yang berada di bumi paling bawah." Ruhnya kemudian dilemparkan begitu saja.  Kemudian Rasulullah membacakan sebuah Firman Allah yang bermaksud, "  Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia adalah seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh seekor burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh  . "(QS . Al-Hajj (22): 31).
Ruhnya kemudian dikembalikan ke jasadnya.  Selanjutnya datanglah kepadanya dua orang malaikat lantas mendudukkannya.  Mereka bertanya kepadanya, "Siapakah Tuhan kamu?" Ia menjawab, "Ee..ee..ee .. saya tidak tahu." Mereka bertanya lagi, "Apa agama kamu?" Ia menjawab, "Ee..ee..ee .. saya tidak tahu."
Selepas itu terdedengar sebuah pamggilan dari langit, "  Jika ia benar-benar berdusta, hamparkanlah untuknya sebuah hamparan yang dibuat dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju ke neraka.  "Ketika pintu itu dibuka, maka panas dan racunnya langsung menembus badannya dan kuburannya pun menjadi semakin sempit dan menghimpit badannya sehingga tulng-tulangnya berserakan.
Ia kemudian didatangi seorang laki-laki yang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk.  Orang itu berkata kepadanya, "Berbahagialah kamu dengan sesuatu yang membinasakanmu.  Hari ini adalah hari kesengsaraanmu yang telah Allah janjikan! "Orang yang mati durhaka itu kemudian bertanya," Siapakah engkau?  Wajahmu sangat buruk. "Ia menjawab," Aku adalah amal burukmu ".
Mereka yang kasyaf, atas izin Allah ta'ala dapat melihat perjalanan ruh sehingga masa dituliskan dalam  'Illiyyin atau  Sijjin  .  Mereka yang kasyaf akan paham tentang tahlilan, yasinan, tawassul, tabarruk, istighotsah dll.
Berbagai macam alam ghaib antara lain
Alam Jabarut  
Alam Malakut  
Alam Mitsal (alam barzakh)  
Maqam Ahdah yang merangkumi alam Lahut dan Martabat Dzat;  
Maqam Wahdah merangkumi alam Jabarut dan Martabat Sifat;  
Maqam Wahidiyah termasuk alam Wahidiyah dan Martabat al-Asma ';  
Maqam Roh yang merangkumi alam Malakut dan Martabat Af 'al;  
Maqam Mitsal;  dan Maqam Insan dan alam Syahadah.
Alam ghaib bagi setiap orang tidak sama.  Ada yang masih tebal dan ada yang sudah telus (mukasyafah).  Bagi mereka yang sudah berada di tahap mukasyafah, sudah boleh berkomunikasi lintas alam.  Mereka seperti hidup di alam yang bebas dimensi, tidak lagi terikat dengan ruang dan waktu.  Mereka boleh berkomunikasi interaktif dengan makhluk dan para penghuni alam lain, baik di alam malakut, alam jabarut, maupun alam barzakh lain.
Orang-orang yang mempunyai batin bersih setelah menempuh suluk, mujahadah, dan riyadhah, maka sangat berpeluang dapat menjalin komunikasi interaktif dengan para penghuni alam-alam lain.  Termasuk kemampuan berkomunikasi atau belajar dari arwah para auliya 'dan arwah kekasih Tuhan lainnya.
Di dalam sebuah hadis disebutkan, "Seandainya bukan kerana dosa yang menutupi kalbu Bani Adam, niscaya mereka menyaksikan malaikat di langit." (HR Ahmad dari Abi Hurairah).
Sebaliknya, penghuni makhluk cerdas alam lain, yang diistilahkan dalam Al-Quran man fi al-sama ', juga bisa menyaksikan hamba-hamba kekasih Tuhan di bumi sebagaimana dinyatakan Rasulullah, "Sesungguhnya para penghuni langit mengenal penghuni bumi yang selalu mengingat dan berzikir kepada Allah bagaikan bintang yang bersinar di langit. "
Dalam Al-Quran dinyatakan dalam ayat, "Untuk mereka kabar gembira waktu mereka hidup di dunia dan di akhirat." (QS Yunus / 10: 64).  Para ulama tafsir mengulas ayat ini sesuai dengan pengalaman sahabat Nabi Muhammad, Abu Darda ', yang menanyakan apa maksud ayat ini.  Rasulullah menjelaskan, "Yang dimaksud ayat ini ialah mimpi baik yang dilihat atau diperlihatkan Allah SWT kepadanya. " Dalam ayat lain lebih jelas lagi Allah berfirman, "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya." (QS al-Zumar / 39: 42).
Dalam kita-kitab tafsir Isyari, ayat ini mendapatkan komen panjang bahawa di waktu tidur orang boleh mendapatkan banyak pencerahan.  Bahkan, dalam Al-Quran juga menunjukkan kepada kita sejumlah syariat dibina di atas mimpi (al-manam), seperti perintah ibadah kurban (QS al-Shafat / 37: 102).
Berkomunikasi atau bahkan belajar kepada para penghuni alam lain sangat dimungkinkan oleh orang-orang yang telah sampai kepada maqam tertentu. Namun, kita perlu hati-hati bahawa sehebat apa pun ilmu dan inspirasi yang diperoleh seseorang tetap tidak boleh menyetarakan diri dengan Nabi Muhammad sebagai khatamun nubuwwah .
Perjalanan diri (suluk) agar sampai (wushul) kepada Allah melalui alam-alam tersebut, secara umum caranya adalah meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mengikuti perjalanan (thariqat) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga mencapai muslim yang berakhlakul karimah, muslim yang sholeh, muslim yang ihsan, muslim yang bermakrifat, shiddiqin, membenarkan dan menyaksikan Allah ta'ala dengan hati (ain bashiroh)
Firman Allah ta'ala yang artinya,
"  Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia  ".  (QS Al-Qalam: 4)
"  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah  ".  (QS Al-Ahzab: 21)
Tahapannya memulainya dengan taubat, memperbaiki akhlak, membersihkan hati (tazkiyatun nafs) yang berarti mengosongkan dari sifat sifat yang tercela (TAKHALLI) kemudian mengisinya dengan sifat sifat yang terpuji (TAHALLI) yang selanjutnya beroleh kenyataan Tuhan (TAJALLI) atau melihat Rabb dengan hati (bermakrifat ).
Para Ulama Sufi menyebutnya makam musyahadah artinya ruang kesakisan. Inilah keadaan bukan sekadar mengucapkan namun sebenar-benarnya menyaksikan bahawa, "tiada Tuhan selain Allah".
Mereka mencapai kasyaf (mukasyafah), terbukanya hijab atau tabir pemisah antara hamba dan Tuhan.  Allah membukakan tabir bagi kekasih-Nya untuk melihat, mendengar, merasakan, dan mengetahui hal-hal ghaib, melintas alam-alam ghaib.  Mereka tidak akan bertanya "di mana Allah "," bagaimana Allah "Maha suci Allah dari" di mana "dan" bagaimana "
Imam Sayyidina Ali ra mengatakan yang maknanya: "  Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana  "
Imam al Qusyairi menyampaikan, "  Dia Tinggi Yang Maha Tinggi, Luhur Yang Maha Luhur dari ucapan "bagaimana Dia?" atau "dimana Dia?".  Tidak ada upaya, jerih payah, dan kreasi-kreasi yang mampu menggambari-Nya, atau menolak dengan perbuatan-Nya atau kekurangan dan aib.  Karena, tak ada sesuatu yang menyerupai-Nya.  Dia Maha Mendengar dan Melihat.  Kehidupan apa pun tidak ada yang mengalahkan-Nya.  Dia Dzat Yang Maha Tahu dan Kuasa  ".
Perjalanan diri tersebut penuh rintangan, tentulah syaitan terus berupaya agar manusia tidak sampai (wushul) kepada Allah.  Syaitan terus berupaya melancarkan fitnah.  Ada yang gagal sehingga hanya menikmati perkara ghaib, kesaktian sehingga mereka menjadi dukun, paranormal atau "orang pintar", bersekutu dengan jin, dll
Untuk itulah bagi mereka yang memperjalankan dirinya (suluk) agar sampai (wushul) kepada Allah ta'ala perlu didampingi, dibimbing oleh mereka yang telah memperjalankan dirinya dan sampai (wushul) kepada Allah ta'ala yang disebut mursyid.  Jangan sampai bisikan syaitan dianggap bisikan suci dari penghuni alam lain.  Oleh kerana itu, Imam al-Gazali pernah mewanti-wanti, jika ada orang menjalani suluk tanpa mursyid, dikhuatiri syaitan yang akan membimbingnya.
Wassalam

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete